AGAR SEMUA ORANG memiliki pandangan yang sama tentang pengurangan resiko bencana, maka pendekatan perencanaan desa secara partisipatif menjadi salah satu cara yang dianut dalam membangun aksi masyarakat dalam pengurangan resiko bencana. Pijakan pendekatan partisipatif itu menjadikan pola fasilitasi yayasan Jambata dalam menjalankan program pengembangan kapasitas pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi resiko bencana di Donggala tahun 2009 ini.
PROGRAM yang diluncurkan sejak Januari 2009 bekerjasama Oxfam GB dan ECHO ini, juga diharapkan mampu menyediakan ruang pembelajaran bagi masyarakat untuk menganalisa, merencanakan dan bertindak bersama untuk mengurangi resiko bencana di wilayah kabupaten Donggala. Yang akhirnya terumusakan dalam rencana pembangunan desa.
Di 14 desa di kabupaten Donggala, program peningkatan kapasitas untuk pengurangan resiko bencana yang mulai diluncurkan sejak Januari 2009 ini, menjadikan pendekatan partisipatif sebagai model pendidikan kepada masyarakat merumuskan rencana pembangunan di desanya.
Saat ini, terkait dengan gambaran proses yang berjalan. Di 14 desa di Donggala telah berlangsung proses pengkajian desa secara partisipatif untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam pengurangan resiko bencana secara mandiri. Metode yang digunakan adalah metode pengkajian desa secara partisipatif atau yang biasa disebut dengan istilah partisipatory rural appraisal atau disingkat PRA.
“PRA dengan beberapa alat kajian yang ada kami coba terapkan bersama dengan masyarakat di dataran Kulawi. Di Desa ini, alat alat PRA cukup membantu kami bersama masyarakat untuk menemukenali potensi dan masalah di desa, khususnya masalah kebencanaan secara topikal dalam pengkajiannya”, ungkap Rahmat, petugas lapang yayasan Jambata yang betugas di desa Matauwe, Sungku dan Bolapapu, kecamatan Kulawi Donggala.
Dengan demikian, tambah Rahmat, proses yang dibangun di desa dalam pengurangan resiko bencana secara langsung memberikan nilai praktis program sebagai proses pembelajaran dan memposisikan masyarakat sejak awal perencanaan sampai akhir pelaksanaan sebagai pelaku aktif program.
Hal senada diamini, Mince (45), salah seorang perempuan desa Sungku. Menurutnya dengan pendekatan perencanaan pembangunan dan pengurangan resiko bencana secara partisipatif ini, warga desanya terdorong melibatkan diri dalam pengkajian desa. Dan nantinya, hasil kajian bersama ini dapat diusulkan ke dalam Musrembang di desa. ”Kebutuhan kami dalam pembangunan desa tergambar di rencana bersama ini, termasuk kebutuhan dasar perempuan dalam pengurangan resiko bencana” terang Mince [afa]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar